Sunday, May 21, 2006

perth, 22nd may 2006, =1:30am=

Seribu kali dua puluh empat,
tlah berputar mengikuti asa.
Perputaran bola dunia,

mengkonotasi dentingan jam asal muasal
Dan sang pena pun,

tlah mengetuk meja sidang tuk mengawal

Nafas berhitung, raga menari
Dan pena tetap menitikan bibit otak
Yang dibumbui hati
Lagi jemari...

Titik temu tlah mengetuk pintu,
Tapi apa daya lidah bibir juri belum mengucap.
Hingga simbol army ilmu davinci code,
Menghantui hari2 dua kali tujuh sang V code.

Di malam indah,
Saat detik-detik terakhir di kala itu,
Masa dua kali tujuh 24 yang berputar berbalik arah,
Dgn tuangan pensil 2B,
Di hadapan wajah-wajah maskot.
Tombol hijau benda hitam memberi nuansa baru yang berkata tekan!

Puncak gunung mulai tercapai
Disertai ilmu kimia, beraksen paramedik
Sang parau tersenyumkan mujizat tersendiri.

Ntah di mana sang pena meniti,
yang pasti adalah kertas putih tlah menyerahkan diri.
Menunggu gilir berganti ungkap,
Berhenti di titik equilibrium yang sebahasa,
Dan Lagi-lagi berakhir pada benda bundar biru,

Berkode bahasa...
Berlambang kebenaran.

Permintaan turun ke mata,

kemudian mendorong hasrat yang beriklan pertanyaan,
Dan betapa indahnya berakhir dgn pemberian...
Namun hasil keterpautan code V ala davinci code itu,
Kini tak lagi berada di tempat sang army.
Organ tempat army melihat arah jarum jam,

kini tak lagi menggantungnya,
Menggantung benda semester lampau,
setelah anak-anakNya bersorak-sorai,
dan sebelum benda bersayap lepas landas...
Hah, mungkin sekarang tak lagi menjadi ciri khas.

Positive thinking tak henti2nya mengorek pikiran.
Pikiran meikuzikika terombang-ambingkan.
Ah, mungkin karena dirinya manusia,
Ah, mungkin penyakit lanjut usia mulai menjangkitnya,
Oh...mungkin dan mungkin...
Dan kata mungkin hanya mengambang jiwa sesaat,
Namun bermuara penat,

Yang berakhir fana...

Sang penciptalah saksi pertama
Lututpun selalu menjadi spectator sejati si
hitam putih.
Dan alas tidur berkepala 2 auntie,

menjadi pengering tetesan air keran yang pudar perih.

Nubuat lepas nubuat belum terungkap,
Mimpi hanya tersirat layaknya dongeng belaka,
Dan hari2 terakhir,
Mata hanya kan menutup malam,

tanpa iklan buah tidur,
Dan kan tercelik di pagi biru,
dgn arah penuh jenjang sisa membisu.

Namun tanda percakapan sang pemilik surga,
seolah kian meyakin asa.
Dan sekali lagi keyakinan itu memilih titik bosan,
Yang memutuskan utk menyelimuti asa,

dgn pertanyaan dan kebingungan.

Ntah kapan...

Hari2 itu menjumpai penglihatan yang tlah sirna.
Hari2 di mana sang kontra pepaya...

kan menekan alphabet benda hitam,
Hari2 di mana sang pencinta art...

kan bergegas menggerakkan jemari,
tuk tombol hijau benda penyambung sejati.
Dan di hari2 anak kursi putih berbentuk roda2...
Kan memberi terapi kian kemari,
pada kaki pincang yang menari-nari ke sana kemari.

Kusangka oranamen hidup tlah mulai me"lingkupi",
tapi fakta berkata...
Syair lantunan "Lingkupiku",

yang sekarang menggeluti spektrum jiwa ini...
Yang Membuana memberi arti.

Dan satu hal yang pasti...
Sang Esa agung nan pekerti,
Kan mengisi hari penuh warna warni,
Yang turun dan meninggi,
Dgn asas iman...
Yang kian mewangi.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home